28 September 2025

NONFICTION BOOKS REVIEW

Hello, it's been more than a month since I did book review. It was because I've been reading some nonfiction books and usually I don't plan to review it here because I thought it would be boring.

Tapi mari kita coba mulai review supaya blog ini tetap aktif :) 

source : google
A LITTLE HISTORY OF RELIGION – Richard Holloway

Rating 4,5 out of 5

Buku ini sudah kubeli sejak masa pandemi COVID-19 (sekitar tahun 2020), namun baru selesai beberapa bulan lalu. Sudah lama mencari buku sejarah tentang asal usul agama, tapi belum dapat yang menjelaskan dengan cukup detail. Namun, buku ini cukup membuatku puas karena disusun sesuai dengan timeline, walau tentunya sulit karena pada timeline yang bersamaan ada agama yang diyakini di tempat yang berbeda. Penjelasan cukup ringan dan dikaitkan dengan isu masa kini dan renungan – renungan. Tidak lupa ada juga sisi gelap dari tiap agama yang tentunya dapat dijadikan sebagai informasi baru. Tapi karena agak tebal (tulisannya kicik kicik banget hiks) dan cerita awal sudah cukup umum jadi agak bosan di awal.

Buku ini cocok untuk yang mencari informasi tentang agama dan insight yang positif.

Catatan bagi pembaca agar cukup menganggap yang ditulis dalam buku ini sebagai informasi saja, tidak perlu terlalu dimaknai secara mendalam. Seperti kata orang, mendalami filsafat ada sisi negatif juga, jadi sebaiknya tetap berpegang teguh atas keyakinan yang sudah kita percaya sebelumnya.

----- 

 

source : google

THE RICHEST MAN IN BABYLON – George S. Clason

Rating 3 out of 5

Buku ini hasil kalap jastip BBW, karena lihat review orang cukup bagus dan covernya bagus. Harganya pun best deal banget, jadi kupikir why not?

Pas buka seneng banget karena tulisannya besar-besar jadi kayanya bakal cepat nih kelarinnya (yang ternyata tetap sebulan juga selesainya). Isi buku ini lumayan membantu membuka mindset untuk rajin menabung, ada beberapa tips dari jaman Babilonia yang masih bisa diterapkan di masa kini. Tentunya dengan beberapa penyesuaian, karena mereka menabung bukan dalam bentuk uang tapi emas dan perak.

Sebenarnya jika memang belum pernah menabung atau memiliki pengalaman dalam mengatur keuangan, buku ini cocok sekali untuk dibaca. Tapi untuk yang memang sudah punya perencanaan untuk menabung, budgeting, dan semacamnya pasti hanya akan mengangguk - angguk saja saat membaca buku ini. Aku contohnya, makanya sempat berhenti baca karena bosan dan menyelesaikannya hanya formalitas saja.

Ah, other point, kalimat dalam buku ini masih menggunakan Bahasa Inggris kuno (biblical English) jadi bikin agak kagok bacanya. Tapi overall, cukup ringan dan untuk aku cukup menjadi reminder untuk mengatur keuangan lebih baik lagi.

---- 

source : google
 THE POWER OF LANGUAGE – Shin Dong Hyun, Yun Na Ru

Rating 3 out of 5

Pertama kali mencoba baca buku reference terjemahan Korea nih.  Awalnya penasaran dan mengira akan ada beberapa Sejarah tentang Bahasa di dunia, tapi ternyata isinya lebih ke penjelasan tentang cara berkomunikasi. Penulis mengutip beberapa filsuf sebagai pembuka tiap bab, lalu penjelasan dalam beberapa halaman. Bukunya cukup ringan dan mudah dimengerti.

Ada beberapa tips untuk berkomunikasi baik dengan orang lain maupun untuk diri sendiri. Since I’ve been learning Korean for a few years, now I understand why Korean speaking in that way. Salah satu ssaem-ku pernah bilang, semakin halus berbicara dalam Bahasa Korea, orang sana akan lebih respect dengan kita. Mereka pun saat meminta tolong (terutama kepada yang lebih tua atau senior) saat berbicara tidak akan langsung to the point. Makanya dalam grammar mereka ada 3 cara berbicara yaitu honorific, casual formal, dan casual. Dan yang paling susah adalah honorific (ga bohong, satu kalimat panjang banget kalau ngomong).

Di luar itu, dari buku ini cukup membantu untuk membentuk mindset menjadi orang yang baik dan bagaimana agar orang-orang menyukai dan respect kepada kita. Cukup membantu dalam kehidupan sehari-hari yang mengharuskan untuk bersosialisasi dengan orang lain.

 -----

Kalau ada rekomendasi buku nonfiksi yang bisa dibaca lagi, boleh banget untuk share ya teman-teman!

 

24 Agustus 2025

The Midnight Library by Matt Haig

 

source : google
 

Sinopsis (from back cover) : 

Di antara kehidupan dan kematian terdapat sebuah perpustakaan yang jumlah bukunya tak terhingga. Tiap - tiap buku menyediakan satu kesempatan untuk mencoba kehidupan lain yang bisa dijalani sehingga kau bisa melihat apa yang terjadi kalau kau mengambil keputusan - keputusan berbeda... Akankah kau melakukan apa pun secara berbeda jika kau mendapat kesempatan untuk membatalkan penyesalan - penyesalanmu? Benarkah kehidupan lain akan jauh lebih baik?

Nora Seed harus membuat keputusan. Ia dihadapkan pada kemungkinan bisa mengubah hidupnya, memiliki karier yang berbeda, tidak putus dari mantan kekasi, dan mewujudkan mimpinya sebagai glasiolog. Ia menjelajahi Perpustakaan Tengah Malam untuk memutuskan apa sebenarnya yang menjadikan hidup pantas dijalani. Setelah kehidupan yang diisi berbagai penyesalan dan kegagalan, akankah Nora Seed akhirnya mendapatkan kehidupan yang bisa memberinya kebahagiaan sejati? 

My thoughts : 

Buku sudah menjadi wishlist sejak awal terbit, mulai tertarik saat lihat di Periplus. Tapi karena saat itu belum ada budget jadi tertunda terus untuk membelinya. Sampai akhirnya terbeli juga buku ini walau ada sedikit drama, dan akhirnya jadi beli yang versi Bahasa Indonesia.

Mungkin karena sudah bertahun-tahun ingin membaca buku ini, ekspektasiku jadi lumayan tinggi. Ditambah lagi dengan membaca review-review yang ada mengatakan bahwa buku ini bagus. Namun, sepertinya harapanku tidak cukup terpenuhi, hiks.

Buku ini menceritakan tentang Nora Seed, yang sedang dalam kondisi hampir meninggal. Di ruang antara hidup dan mati itu (dalam konteks ini adalah perpustakaan, tempat favorit Nora saat kecil), ia mendapatkan kesempatan kedua (actually few chances) untuk mencoba hidup kembali namun tidak sebagai dirinya yang dulu (mungkin ini seperti cerita Marvel, ada beberapa universe dalam kehidupan dan kita ada di semua universe tersebut sebagai karakter yang berbeda). Dan kehidupan lain yang dimaksud adalah kehidupan dari daftar penyesalan yang terjadi dalam hidup Nora sejak dia masih kecil.

Ceritanya menarik, ada beberapa pelajaran juga yang bisa didapat dari pengalaman Nora tersebut. Walau dari awal membaca, aku sudah menebak endingnya juga sih. Karena pada akhirnya hidup yang kita jalani saat ini sebenarnya adalah yang terbaik. Namun, memang manusia tidak pernah puas sehingga begitu banyak penyesalan yang akhirnya menimbulkan pertanyaan ‘What If….’ di kepala.

Mungkin jika membaca versi Bahasa Inggrisnya, aku akan lebih puas karena ada beberapa diksi yang cukup asing dalam buku ini. Dan beberapa kalimat atau frasa dalam Bahasa Inggris yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia membuat buku ini terasa agak formal. Dan ada beberapa kata juga yang sebaiknya tidak diterjemahkan ke Bahasa Indonesia karena jadi agak aneh. Namun, tetap kuberikan apresiasi luar biasa untuk penerjemah karena aku yakin sulit untuk menerjemahkan buku ini, apalagi untuk membuat pembaca mengerti makna ceritanya yang cukup dalam.

Another disclaimer, I don’t think this book will suit someone with some depression or suicidal thought. It can be a little triggering for them unless they finished the book at one time.

Ada beberapa quotes yang cukup sederhana namun bermakna :

‘Satu-satunya cara belajar adalah dengan hidup’

‘Kalau kau menargetkan menjadi sesuatu yang bukan dirimu, kau akan selalu gagal. Targetkan diri menjadi versi paling sejati dari dirimu. Cintai dia’

‘Segala sesuatunya akan lebih mudah kalau kita paham tidak ada satupun cara hidup yang bisa memberimu kekebalan terhadap kesedihan. Tidak ada kehidupan tempat kau bisa terus-menerus berbahagia untuk selamanya. Mengkhayalkan kehidupan semacam itu hanya menumbuhkan semakin banyak ketidakbahagian dalam kehidupan yang tengah kau jalani.

'Jangan pernah meremehkan arti penting dari hal hal kecil’

‘Kita hanya perlu menjadi satu orang. Kita tidak perlu melakukan segalanya dalam rangka menjadi segalanya, karena kita sendiri sudah tak terbatas. Selagi kita masih hidup, kita selalu memiliki masa depan dengan beribu kemungkinan.’

Rating 4 out of 5

So, jika diberikan kesempatan memilih kehidupan dari penyesalan kalian, apakah ada kehidupan lain yang ingin kalian jalani?

01 Juni 2025

Finding Chika by Mitch Albom

 

source : google

Sinopsis (from back cover) :

Chika Jeune was born three days before the devastating earthquake that decimated Haiti in 2010. When her mother dies, Chika is admitted to the Have Faith Haiti Orphanage, which Albom operates on Port-au-Prince. The nearly fifty children who live, play, and learn there are family to Mitch and his wife, Janine, who have no children of their own.

Brave and self-assured, little Chika delights everyone at the orphanage. Then, at age five, she is diagnosed with a life-threatening illness. A doctor tells Albom, "There is no one in Haiti who can help her." Mitch and Janine bring Chika to Detroit, hopeful that American medical care can soon return her to her homeland. Instead, they embark on a two-year, around-the-world journey to find a cure.

As Chika's boundless optimism and humor teach Mitch and Janine the joys of caring for a child, they learn invaluable lessons about protection, time, wonder, and marriage. They also discover that a relationship built on love can never be lost.

Beautifully written and simply told, Finding Chika is a remarkable portrait of what it means to be a family, regardless of how it is made.

My Thoughts :

Finally I’ve read another recent book of Mitch Albom. It’s been a while since I read his book for the first time and becoming a fan. Sebelumnya aku sudah membaca buku beliau yaitu ‘Five people you meet in heaven’ dan lanjutannya ‘The next Person you meet in heaven’ (mungkin next akan aku review namun sepertinya harus membaca ulang). Kebetulan aku cukup cocok dengan gaya bercerita beliau, jadi begitu lihat buku ini langsung jadi wishlist dan akhirnya baru sempat kubaca belum lama ini.

Buku ini masuk kategori Memoirs bukan fiction seperti karya beliau lainnya, menceritakan pengalaman penulis menemukan makna kekuatan, keteguhan hati, kebahagian, keluarga dan cinta dari Chika, seorang anak korban bencana alam di Haiti.

Sebuah perasaan kehilangan tidaklah mudah, namun saat itu harus terjadi yang seharusnya kita simpan bukan kesedihan tapi memori saat kita hidup bersama mereka. Seperti yang ditulis pada halaman belakang buku 'a relationship built on love can never be lost', begitu juga saat kita kehilangan orang yang dicintai, perasaan saling memiliki tidak akan pernah hilang (untuk buku ini ditulis dalam konteks keluarga). Dan penulis juuga mengungkapkan pengalaman kehilangan dengan sangat baik di buku ini. Selain perasaan kehilangan, penulis juga menceritakan betapa bisa begitu dalamnya cinta orang tua, bagaimana sebuah hal kecil dapat menjadi sebuah penyemangat di saat yang sulit, dan juga kesabaran dan keteguhan hati saat menghadapi masalah berat.

Yang aku suka adalah, tiap bab dalam buku tidak terlalu panjang sehingga cocok untuk pembaca yang tidak punya terlalu banyak waktu (seperti aku). Terlepas dari itu, cerita dalam buku ini mengalir dan detail meskipun ada banyak flashback. Selain itu, banyak juga pelajaran yang bisa diambil untuk menjadi seorang yang baik. Itu salah satu yang aku suka dari setiap karya dari penulis ini.

Rating 5 out of 5

Sudah ada 2 stok buku beliau yang lain di rak buku Aku tapi belum sempat aku baca. Jadi ingin melengkapi koleksi karya – karya Mitch Albom deh.

27 Mei 2025

The Song of Achilles by Madeline Miller

 

source : google

Sinopsis (from back cover) :

Yunani pada zaman para pahlawan. 

Patroclus, seorang pangeran muda yang kikuk, diasingkan ke istana Raja Peleus dan putranya yang sempurna, Achilles. Mereka tumbuh menjadi pemuda yang cakap dalam seni perang dan pengobatan, dan kedekatan mereka berkembang menjadi hubungan yang lebih dalam meski sangat ditentang oleh ibu Achilles, Thetis, dewi laut yang kejam. Lalu tersiar kabar bahwa Helen dari Sparta telah diculik. Bimbang antara takut dan rasa sayang terhadap sahabatnya, Patroclus pergi bersama Achilles ke Troy, tanpa menyadari bahwa tahun-tahun selanjutnya akan menjadi ujian bagi semua yang mereka sayangi. 

My Thoughts :

Wah, novel ini sudah aku beli sejak 2022 namun baru kubuka plastiknya di tahun 2025 >.<

Sudah lama juga aku tidak membaca novel barat yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Novel ini cukup tebal 400 halaman lebih dan selesai dalam 1 minggu saja (sebuah pencapaian, terharu akutu).

Novel ini bertemakan era Yunani Kuno (FYI, I really love ancient mythology so it is really my cup of tea) dan menceritakan tentang Patroclus, sahabat dari Achilles, salah satu pahlawan yang cukup terkenal pada masa Perang Troya. Untuk yang sudah pernah menonton film ‘TROY’ atau membaca kisahnya tentu cukup familiar dengan setting ini. Namun, penulis menjadikan Patroclus sebagai peran utama dengan point of view orang pertama.

At first, saat membaca bagaimana penulis mendeskripsikan tentang Patroclus aku cukup bingung, mengapa karakternya dibuat se feminim ini, it was not like Patroclus that I’ve seen in the movie before (I watched movie ‘TROY’ with Brad Pitt as Achilles and Netflix series “Troy : Fall of the City’). Then I realize, Oh this is an LGBT theme novel (padahal dari sinopsis di back cover udah jelas banget hahaha..) So, memang ada beberapa versi di luar Iliad by Homer yang membuat seolah that Achilles dan Patroclus adalah sepasang kekasih. Jadi penulis mungkin mengambil tema tersebut untuk novel ini.

Sempat menyesal karena sejujurnya tidak terlalu bisa menerima romantisme LBGT yang dideskripsikan dalam tulisan (karena ya gak kebayang aja gitu), namun aku putuskan untuk tetap lanjutkan membaca dan WOW! Madeline Miller sungguh bisa membuat kisah mereka terasa manis dan menyentuh (atau mungkin terjemahan Bahasa Indonesia nya yang bagus). It is not cringe at all, dan penulis sungguh bisa menampilkan ketulusan perasaan Patroclus kepada Achilles. Dari sisi alur cerita juga sangat rapi dan mengalir, benar-benar membuat pembaca ingin membaca terus.

Dan dengar-dengar, it took 10 years for the author to finally complete this novel. Dan pastinya she has done a thorough research for this novel. That’s why it was such a masterpiece.

Untuk rating 5 out of 5.

After reading this novel, I really want to read Madeline Miller’s another book.