This is Ika Natassa's 5th novel after her big hit "Antologi Rasa"
Let's check what the back cover tells us:
Let's check what the back cover tells us:
On January 23rd 2011, Alexandra - the woman you've all known from the book Divortiare - discovered the fun of Twitter through her account @alexandrarheaw. These are the collections of her tweets on her everyday life and not-so private thoughts that will finally answer the question: 'Can you love and hate someone so much at the same time?'
-----------------------------------------------
My thoughts:
Well, this is new concept of writing, the author called it "Twiterrature"
Sebelumnya, gw memang sudah memfollow twitter account @alexandrarheaw sendiri dan udah ngikutin timeline nya dari awal (akibat saking kepo-nya). But, is this wrong? Well, that's not only me who have this kepo-ness kan??
So, when i read it. Sudah agak - agak familiar dan hafal (karena gw udah baca ulang timelinenya berkali-kali juga). But, this book really gives you another experience. Not all the content just like her timeline. ^^
When we say this, "can you love and hate someone so much at the same time?" what would we think?? Is it possible or not? Dari review - review Divortiare dari beberapa orang, gw sempat membaca banyak yang membenci tokoh Alexandra di sini karena dia ga bisa move on. But for me, dia tentu punya alasan sendiri. (ini bukan karena gw nge fans ama Om Ben yahh..)
Ini pepatah kuno, banyak yang bilang cinta dan benci itu tipis banget bedanya. Sekarang di saat kita udah mencintai seseorang dan akhirnya menjadi benci, apa alasannya? Dari buku ini gw menemukan satu jawaban. KECEWA. Ya, karena dia ga bisa menjadi apa yang kita inginkan. Kenapa pada akhirnya Alexandra bisa benci setengah mati sama Beno setelah perceraian itu? Karena Beno gak berusaha untuk mempertahankan dia. Walaupun dia ingin cerai, tentunya dalam hati terdalam pasti ada keinginan itu. Mungkin banyak yang benci dengan tokoh Beno dan lebih pro ke Denny, tapi di Twivortiare ini you'll see the difference (bahkan bisa bikin ngefans setengah mati, gw korbannya, tapi gw dah suka sejak Divortiare sih).
Dan sekarang masalahnya, apakah kita bisa menerima kekecewaan itu atau tidak. Apakah kita bisa menerima dari seseorang yang notabene berbeda dari kita, dari sifat, pola pikir, bahkan kebiasaan. Dari buku ini, gw belajar bagaimana caranya menerima perbedaan dan berusaha menjadikan bagaimana sih perbedaan itu menjadi sebuah pelengkap dan inovasi dalam sebuah hubungan. Dan bagaimana berusaha tetap menjaga perasaan yang ada pada awalnya supaya ga berubah menjadi perasaan lain yang mungkin bisa menghancurkan semuanya.
Well, this is new concept of writing, the author called it "Twiterrature"
Sebelumnya, gw memang sudah memfollow twitter account @alexandrarheaw sendiri dan udah ngikutin timeline nya dari awal (akibat saking kepo-nya). But, is this wrong? Well, that's not only me who have this kepo-ness kan??
So, when i read it. Sudah agak - agak familiar dan hafal (karena gw udah baca ulang timelinenya berkali-kali juga). But, this book really gives you another experience. Not all the content just like her timeline. ^^
When we say this, "can you love and hate someone so much at the same time?" what would we think?? Is it possible or not? Dari review - review Divortiare dari beberapa orang, gw sempat membaca banyak yang membenci tokoh Alexandra di sini karena dia ga bisa move on. But for me, dia tentu punya alasan sendiri. (ini bukan karena gw nge fans ama Om Ben yahh..)
Ini pepatah kuno, banyak yang bilang cinta dan benci itu tipis banget bedanya. Sekarang di saat kita udah mencintai seseorang dan akhirnya menjadi benci, apa alasannya? Dari buku ini gw menemukan satu jawaban. KECEWA. Ya, karena dia ga bisa menjadi apa yang kita inginkan. Kenapa pada akhirnya Alexandra bisa benci setengah mati sama Beno setelah perceraian itu? Karena Beno gak berusaha untuk mempertahankan dia. Walaupun dia ingin cerai, tentunya dalam hati terdalam pasti ada keinginan itu. Mungkin banyak yang benci dengan tokoh Beno dan lebih pro ke Denny, tapi di Twivortiare ini you'll see the difference (bahkan bisa bikin ngefans setengah mati, gw korbannya, tapi gw dah suka sejak Divortiare sih).
Dan sekarang masalahnya, apakah kita bisa menerima kekecewaan itu atau tidak. Apakah kita bisa menerima dari seseorang yang notabene berbeda dari kita, dari sifat, pola pikir, bahkan kebiasaan. Dari buku ini, gw belajar bagaimana caranya menerima perbedaan dan berusaha menjadikan bagaimana sih perbedaan itu menjadi sebuah pelengkap dan inovasi dalam sebuah hubungan. Dan bagaimana berusaha tetap menjaga perasaan yang ada pada awalnya supaya ga berubah menjadi perasaan lain yang mungkin bisa menghancurkan semuanya.
I won't tell you a lot. Yang pasti there's a lot a lessons about life, love, and relationship from Alexandra's tweets. Buku ini yang pasti bisa membawa emosi kita ikut terombang - ambing. Ikut sedih, seneng, kesel. Why? Because it's twitter timeline, kita seolah merasakan seseorang itu real dan ini memang kehidupan dia yang penuh dengan surprise, bukan dengan plot yang sudah direncanakan seperti novel - novel yang lain.
Here are some quotes that i loved.. (There's a lot, i just pick some :D)
“Kita gak bisa maksain orang supaya sama sama kita. Terima aja perbedaan itu sebagai perbedaan kepribadian. Asalkan perbedaan itu murni kepribadian aja dan nggak melanggar values kita, diterima aja, Lex. People are human, not some machine we can control. Main rulenya: jangan jadiin differences itu alasan untuk ngeluarin emosi dan starting a conflict.” –Beno to Alexandra (p.17-18)So, how you answer the question "can you love and hate someone so much at the same time?"
“And there are no advice or self – help books that can help you what kind of relationship that you and your significant other are having right now. You both just have to figure out yourselves. And in some cases, that figuring out phase could take years. You just have to figure out what works for both of you yo stay and grow together. –Alexandra (p.158)
“Orang yang di mata orang lain hidupnya terlihat mendekati sempurna juga boleh mengeluh kan? It doesn’t mean that they’re ungreateful. It just simply means that their life is not as perfect as you think it is.” –Alexandra (p.193)
“The simplest things in life are what make us happy eventually. A warm and comfy home, being loved, and knowing that somebody can’t live without you” –Alexandra (p.193)
For me, it's yes. That's depend on how we handled that mixed feeling ourself. Dari semua hubungan kita ga mungkin kan always cinta - cintaan terus. Not only with your boyfriend or husband, but with family or friends to. Kadang pasti kita bisa ngerasa sebel atau benci sama mereka. Tapi kadang kita sadar klo kita sayang banget sama mereka. Seperti kata iklan, "life is never flat". Kita ga bakal ngerasain hidup yang sempurna seperti apa yang kita mau. Yang perlu kita lakukan hanya enjoying our life and do something that can make us happy. Just that.
That's my answer, what is your answer?? Maybe you can read this book to find your answer :D
This book is really recommended. Believe me.
Dan this is amazing, berawal dari project iseng sampai akhirnya bisa diterbitkan menjadi sebuah buku. Good job, Kak Ika. :D
Ohya, Ika Natassa sendiri sempat menulis tentang proses pembuatan Twivortiare ini ---> click
Tidak ada komentar:
Posting Komentar